Katresnan
Oleh: Soertaman Sastradihardja
Unsur Instrinsik:
1.Tema: Perjuangan dalam percintaan
“karena
mereka sangat memperjungkan cinta antara Sutrisna dan Mursiati, walaupun pada saat itu tidak direstui”
2.Tokoh: Jayadikusuma, Ibu Mursiati, Mursiati, Sutrisna,
Ibu Sutrisna, Sumardi, Sumarta, Mursinah, Sundari
3.Penokohan:
Jayadikusama:
keras kepala
“walaupun
hatimu pengen tapi kamu sudah besar, tidak patut dipandang kalau belum menikah”
“ketika
tetap ingin menjodohkan Mursiati dengan orang Tulungagung walaupun Mursiati tidak mau, tapi bapaknya
akan menerima”
Ibu
Mursiati: Pengertian, apa adanya
“Ibu
Mursiati bilang, terserah kamu saja Mursiati nanti kalau tidak dituruti malah pergi dari rumah”
“Ibu
terserah bapak saja, kalau bapak setuju, iya ibu setuju juga”
Mursiati:
Pinter, sopan santun, setia
“Memang
Mursiati adalah orang yang pintar di kelas, Mursiati juga selalu juara di kelasnya”
“ketika
berbicara dengan orang yang sudah tua Mursiati selalu menggunakan
bahasa krama alus”
“walaupun
sudah lama tak betemu tetapi yang Mursiati pilih adalah Sutrisna”
Sutrisna:
Baik, rela berkorban
“walaupun
sakit dan sudah dipecat dari pekerjaannya tapi Sutrisna tetap mengirim uang kepada ibunya”
“ketika
Sutrisna berjuang untuk menemui Mursiati dengan uang yang pas-
pasan, dengan berjalan kaki karena kecopetan dan dianiaya oleh para pembegal di hutan”
Ibu
Sutrisna: baik
“Saat
Mursiati datang langsung membuatkan minum untuk Mursiati dan Sutrisna”
Peran pembantu: Sumardi, Sumarta, Mursinah, Sundari.
4. Setting :
1. Waktu :
a. Sore
“Wayah jam 4 sore mangkat menyang stasiun
arep methuk Sutrisna.”
b. Pagi
“Esuke
wayah jam 8 wis ana ing stasiun karo Mur. Ana ing kono omong-omongan-omongan
apakang bisa ndadekake senenging ati."
c.
Malam
“Sanalika
iku srengenge ora katon, mulane banjur peteng.”
2.
Suasana :
a.
Bahagia
“Satampane
laying, Mur bungah banget, sarta ngarep-arep enggala tanggal 25 Desember, awit
uga kepengin banget weruh Sutrisna, amarga wis kangen jalaran wis lawas ora
ketemu. Mungguh pangrasane atine, Sutrisna wis kaya sadulure lanang.”
b.
Sedih, kecewa
“Dhuh,
cilaka temen awaku lan awake Mur.” Saking bangeting susah, awake saya lawas
saya kuru, kang iku banjur njalari lesu lungkrah. Ora duwe karep maca Koran
utawa liya-liyane. Saking anglesing ati, nganti ora bisa nindakake pagaweyane
ing samasthine.”
3.
Tempat :
a.
Setatsiun :
“Ora
antara suwe sepure gumregeg mlebu ing statsiun agawe orege ing kono. Sanalika
ing peron kono kumrubut wong kang padha mudhun lan kang padha methuk.”
b.
Alas
“Bareng
tekan ing alas kang kekayone gedhe-gedhe lan godhone dhuwur padha tepung,
petenge ndumuk irung.”
5. Sudut pandang: orang ketiga karena menggunakan nama
langsung
6. Alur:
Mursiati
yang bersekolah di HIS yang sudah pangkat 7 dan ingin segera melanjutkan ke
MULO. Tetapi orangtuanya tidak setuju karena Mursiati adalah perempuan dan bagi
orang zaman dahulu tidak patut kalau anak perempuan bersekolah terlalu tinggi,
tapi Mursiati tetap ingin melanjutkan sekolahnya bagi dia sekolah itu agar para
kau perempuan tidak disia-siakan oleh kaum laki-laki dan jodohnya pun paling
tidak seorang menteri atau pejabat, dan pada akhirnya Mursiati dibolehkan untuk
melenjutkan pendidikanya. Ternyata pengumuman yang ditunggu-tunggu akhirnya
keluar dan hasilnya pun Mursiati diterima di MULO.
Mursiati sudah melakukan pendidikanya dan tingga dua
tahun lagi pendidiknya sudah selesai. Waktu hari minggu ada seseorang tamu,
yang tenyata tamu itu adalah teman dari Mursiati. Temannya datang karena ingin
belajar bareng Mursiati karena Mursiati adalah anak yang pintar di kelas,
temannya membuka-buka buku milik Mursiati dan melihat bahwa dibuku itu ada
surat dari pacar Mursiati. Setelah yang dibicarakan oleh temannya Mursiati
sadar, bahwa orang dijodohkan belum tentu senang dan hidup bahagia. Akhirnya
Mursiati menulis surat untuk Sutrisna. Sutrisna tergolong orang yang baik
karena jika ada salah satu teman yang membicarakan tentang seorang perempuan
maka Sutrisna pun marah. Setelah Sutrisna menerima surat dari Mursiati,
akhrinya mereka bertemu di Stasiun. Sutrisna akan melanjutkan perjalanan ke
Panaraga besok pagi, dan sekarang akan menginap di Hotel.
Pagi pun
tiba akhirnya mereka pulang ke Panaraga dengan menggunakan kereta. Mereka
berbincang-bincang di dalam kereta, sekarang Sutrisna kerja di Garut dan
menurut Sutrisna daerah yang Sutrisna lewati sudah tidak seperti dulu lagi,
sudah beda sekali. Ternyata sampai lah di Panaraga dan Sutrisno menyuryh
Mursiati untuk datang kerumahnya. Setelah beberapa hari Mursiati datang kerumah
Sutrisna dan disambut baik oleh ibu dari Sutrisna. Ibu Sutrisna sudah
mengetahui bahwa Marsiati adalah pacar dari Sutrisna. Mursiati dan Sutrisna
bercerita kesana kemari dan tidak sadari sudah lama Mursiati bertamu dan
akhirnya Mursiati pamit pulang kepada Sutrisna dan Ibunya.
Setelah
Mursiati sudah lulus dari MULO dan sekarang bekerja di kantor pos. Orangtua
dari Mursiati tidak setuju kalau dibekerja karena menurut orangtuanya, Mursiati
sudah temasuk tua yang tidak kunjung menikah. Banyak orang yang akan melamar
Mursiati tapi tetap Mursiati akan bekerja dulu sambil menunggu orang yang
dicintai Mursiati sudah mempunyai niat untuk melamarnya yang tak lain adalah
Sutrisna. Ternyata ibu dari Sutrisna sudah kerumah Mursiati tapi ditolak karena
sudah didahului orang Tulungagung. Ibu Sutrisna pun sedih dan semua badanya
lemas ketika mendengar berita ibu. Ibu Sutrisna
memberi kabar kepada Sutrisna bahwa lamarannya ditolak dan seketika ibu
Sutrisna menjadi sakit.
Hati
Mursiati sedih, sakit ketika mendengar bahwa lamaran Sutrisna ditolak oleh
kedua orangtuannya. Mursiatii sudah beberapa kali di kirimi surat oleh bapaknya
tapi dia tak kunjung membalasnya. Akhirnya bapak Mursiati mendatangi pondok
Mursiati dengan hati yang marah. Bapaknya menjelaskan bahwa Bapaknya akan tetap
menerima orang Tulungagung menjadi menantunya, tapi tetap tidak mau. Sutrisna
tak kunjung sembuh dari sakitnya uang yang selama ini Sutrisna simpan habis
untuk mengobati, tapi Sutrisna tetap memberi kiriman uang kepada ibunya dan
tidak pernah bercerita kepada ibunya bahwa Sutrisna sakit. Kemudian Sutrisna
mengirim surat kepada Mursiati bahwa Sutrisna sakit dan akan segera meninggal.
Akhirnya Sutrisna memutuskan untuk menemui Mursiati walaupun dalam keadaan
kurang sehat. Setelah sampai stasiun Sutrisna akan membeli tiket dn ternyata
uangya dicopet oleh orang. Akhirnya Sutrisna memutuskan untuk berjalan kaki.
Sutrisna
melewati hutan yang sangat lebat dan disitu tak ada satupun orang, setelah
sampai di sebuah desa Sutrisna menemui kepala desa itu dan meminta bantuan agar
menginap dirumahnya satu malam saja, akhirnya Sutrisna diperbolehkan setelah
pagi hari Sutrisna melanjutkan perjalanannya yang masih jauh. Di tengah
perjalanan Sutrisna kepada seseorang untuk memberi penunjuk jalan dan ternyata ada hutan lagi dan terdengar suara
gemricikan air yang tenyata itulah adalah hujan, Sutrisna kedinginan dan saat
akan menyeberang sungai ternyata jembatannya tidak kelihatan karena derasnya
air. Sutrisna menunggu hujan reda dan akhirnya bisa menyeberang. Sutrisna
melihat ada yang menyalakan api, mungkin itu salah satu untuk menghangatkan
badan dan tenyata saat Sutrisna mendekati yang menyalakan api itu tiga ora
begal, Sutrisna diminta untuk menyerahkan uangnya tapi karena tidak ada
akhirnya pembegal itu marah dan mengejar Sutrisna sampai kaki Sutrisna terkena
ruuncingnya batu dan terkena tusukan tumbuhan yang beruduri akhirnya berdarah
semua dan tas yang Sutrisna bawa
dimintanya. Setelah itu Sutrisna menemui desa dan mengetuk salah satu pintu
rumah warga dan akhirnya Sutrisna bercerita semua tentang kejadian yang
Sutrisna alami, setelah satu minggu di Asisten Wedana akhirnya Sutrisna diantar
ke Pondok Mursiati dan menemui Mursiati dan akhirnya pulang ke Panaraga disitu
Mursiati dimarahi oleh bapaknya, akhirnya Mursiati memutuskan untuk pergi ke
Madiun lagi dan tidak ingin pulang ke Panaraga selama setahun. Sutrisna pulang
ke Bandung dan mendapat pekerjaan yang gajiannya banyak.
Setelah
setahun Asisten Wedana kedatangan tamu, tamu itu adalah M.Sastrautama tidak
lain adalah M.Sutrisna dan Rr.Mursiati. Ternyata orangtua Mursiati telah
merestui mereka dan anak yang dari Tulungagung itu dibatalkan. M.Sutrisna dan
Rr.Mursiati sudah memilik anak lima.
7. Amanat:
Jangan
jadi orang yang suka putus asa, jikalau kita ada usaha atau perjuangan pasti
akan ada hasilnya
Kak tolong yang penokohan ditulis pake bahasa Jawa juga berdasarkan bukunya. Aku gabisa nerjemahin dari indo ke Jawa soalnya. Tolong bgt kak buat tugas sekolah 😭🙏
BalasHapusKak penokohan sama alurnya dibuat bahasa jawa kak.. bingung kak klo kyak gitu+ragu
BalasHapusUnsur eksrinsiknya apa ya kak
BalasHapusMntp
BalasHapus