Jumat, 08 Januari 2016

UNSUR INTRINSIK NOVEL KATRESNAN



Katresnan
Oleh: Soertaman Sastradihardja
           
Unsur Instrinsik:
1.Tema: Perjuangan dalam percintaan
            “karena mereka sangat memperjungkan cinta antara Sutrisna dan Mursiati, walaupun                       pada saat itu tidak direstui”
2.Tokoh: Jayadikusuma, Ibu Mursiati, Mursiati, Sutrisna, Ibu Sutrisna, Sumardi, Sumarta,                            Mursinah, Sundari
3.Penokohan:
            Jayadikusama: keras kepala
                                    “walaupun hatimu pengen tapi kamu sudah besar, tidak patut dipandang                                           kalau belum menikah”
                                    “ketika tetap ingin menjodohkan Mursiati dengan orang Tulungagung                                               walaupun Mursiati tidak mau, tapi bapaknya akan menerima”
            Ibu Mursiati: Pengertian, apa adanya
                                    “Ibu Mursiati bilang, terserah kamu saja Mursiati nanti kalau tidak dituruti                            malah pergi dari rumah”
                                    “Ibu terserah bapak saja, kalau bapak setuju, iya ibu setuju juga”
            Mursiati: Pinter, sopan santun, setia
                                    “Memang Mursiati adalah orang yang pintar di kelas, Mursiati juga selalu                                         juara di kelasnya”
                                    “ketika berbicara dengan orang yang sudah tua Mursiati selalu                                                           menggunakan bahasa krama alus”
                                    “walaupun sudah lama tak betemu tetapi yang Mursiati pilih adalah                                                   Sutrisna”
            Sutrisna: Baik, rela berkorban
                                    “walaupun sakit dan sudah dipecat dari pekerjaannya tapi Sutrisna tetap                                           mengirim uang kepada ibunya”
                                    “ketika Sutrisna berjuang untuk menemui Mursiati dengan uang yang pas-                                        pasan, dengan berjalan kaki karena kecopetan dan dianiaya oleh para                                              pembegal di hutan”
            Ibu Sutrisna: baik
                                    “Saat Mursiati datang langsung membuatkan minum untuk Mursiati dan                                           Sutrisna”
Peran pembantu: Sumardi, Sumarta, Mursinah, Sundari.
4.   Setting :
      1. Waktu :
      a. Sore
                        “Wayah jam 4 sore mangkat menyang stasiun arep methuk Sutrisna.”
            b. Pagi
                        “Esuke wayah jam 8 wis ana ing stasiun karo Mur. Ana ing kono omong-omongan-omongan apakang bisa ndadekake senenging ati."
                 c. Malam
                             “Sanalika iku srengenge ora katon, mulane banjur peteng.”
            2. Suasana :
            a. Bahagia
                        “Satampane laying, Mur bungah banget, sarta ngarep-arep enggala tanggal 25 Desember, awit uga kepengin banget weruh Sutrisna, amarga wis kangen jalaran wis lawas ora ketemu. Mungguh pangrasane atine, Sutrisna wis kaya sadulure lanang.”
            b. Sedih, kecewa
                        “Dhuh, cilaka temen awaku lan awake Mur.” Saking bangeting susah, awake saya lawas saya kuru, kang iku banjur njalari lesu lungkrah. Ora duwe karep maca Koran utawa liya-liyane. Saking anglesing ati, nganti ora bisa nindakake pagaweyane ing samasthine.”
            3. Tempat :
            a. Setatsiun :
                        “Ora antara suwe sepure gumregeg mlebu ing statsiun agawe orege ing kono. Sanalika ing peron kono kumrubut wong kang padha mudhun lan kang padha methuk.”
            b. Alas
                        “Bareng tekan ing alas kang kekayone gedhe-gedhe lan godhone dhuwur padha tepung, petenge ndumuk irung.”

5. Sudut pandang: orang ketiga karena menggunakan nama langsung
6. Alur:
            Mursiati yang bersekolah di HIS yang sudah pangkat 7 dan ingin segera melanjutkan ke MULO. Tetapi orangtuanya tidak setuju karena Mursiati adalah perempuan dan bagi orang zaman dahulu tidak patut kalau anak perempuan bersekolah terlalu tinggi, tapi Mursiati tetap ingin melanjutkan sekolahnya bagi dia sekolah itu agar para kau perempuan tidak disia-siakan oleh kaum laki-laki dan jodohnya pun paling tidak seorang menteri atau pejabat, dan pada akhirnya Mursiati dibolehkan untuk melenjutkan pendidikanya. Ternyata pengumuman yang ditunggu-tunggu akhirnya keluar dan hasilnya pun Mursiati diterima di MULO.
            Mursiati  sudah melakukan pendidikanya dan tingga dua tahun lagi pendidiknya sudah selesai. Waktu hari minggu ada seseorang tamu, yang tenyata tamu itu adalah teman dari Mursiati. Temannya datang karena ingin belajar bareng Mursiati karena Mursiati adalah anak yang pintar di kelas, temannya membuka-buka buku milik Mursiati dan melihat bahwa dibuku itu ada surat dari pacar Mursiati. Setelah yang dibicarakan oleh temannya Mursiati sadar, bahwa orang dijodohkan belum tentu senang dan hidup bahagia. Akhirnya Mursiati menulis surat untuk Sutrisna. Sutrisna tergolong orang yang baik karena jika ada salah satu teman yang membicarakan tentang seorang perempuan maka Sutrisna pun marah. Setelah Sutrisna menerima surat dari Mursiati, akhrinya mereka bertemu di Stasiun. Sutrisna akan melanjutkan perjalanan ke Panaraga besok pagi, dan sekarang akan menginap di Hotel.
            Pagi pun tiba akhirnya mereka pulang ke Panaraga dengan menggunakan kereta. Mereka berbincang-bincang di dalam kereta, sekarang Sutrisna kerja di Garut dan menurut Sutrisna daerah yang Sutrisna lewati sudah tidak seperti dulu lagi, sudah beda sekali. Ternyata sampai lah di Panaraga dan Sutrisno menyuryh Mursiati untuk datang kerumahnya. Setelah beberapa hari Mursiati datang kerumah Sutrisna dan disambut baik oleh ibu dari Sutrisna. Ibu Sutrisna sudah mengetahui bahwa Marsiati adalah pacar dari Sutrisna. Mursiati dan Sutrisna bercerita kesana kemari dan tidak sadari sudah lama Mursiati bertamu dan akhirnya Mursiati pamit pulang kepada Sutrisna dan Ibunya.
            Setelah Mursiati sudah lulus dari MULO dan sekarang bekerja di kantor pos. Orangtua dari Mursiati tidak setuju kalau dibekerja karena menurut orangtuanya, Mursiati sudah temasuk tua yang tidak kunjung menikah. Banyak orang yang akan melamar Mursiati tapi tetap Mursiati akan bekerja dulu sambil menunggu orang yang dicintai Mursiati sudah mempunyai niat untuk melamarnya yang tak lain adalah Sutrisna. Ternyata ibu dari Sutrisna sudah kerumah Mursiati tapi ditolak karena sudah didahului orang Tulungagung. Ibu Sutrisna pun sedih dan semua badanya lemas ketika mendengar berita ibu.  Ibu Sutrisna memberi kabar kepada Sutrisna bahwa lamarannya ditolak dan seketika ibu Sutrisna menjadi sakit.
            Hati Mursiati sedih, sakit ketika mendengar bahwa lamaran Sutrisna ditolak oleh kedua orangtuannya. Mursiatii sudah beberapa kali di kirimi surat oleh bapaknya tapi dia tak kunjung membalasnya. Akhirnya bapak Mursiati mendatangi pondok Mursiati dengan hati yang marah. Bapaknya menjelaskan bahwa Bapaknya akan tetap menerima orang Tulungagung menjadi menantunya, tapi tetap tidak mau. Sutrisna tak kunjung sembuh dari sakitnya uang yang selama ini Sutrisna simpan habis untuk mengobati, tapi Sutrisna tetap memberi kiriman uang kepada ibunya dan tidak pernah bercerita kepada ibunya bahwa Sutrisna sakit. Kemudian Sutrisna mengirim surat kepada Mursiati bahwa Sutrisna sakit dan akan segera meninggal. Akhirnya Sutrisna memutuskan untuk menemui Mursiati walaupun dalam keadaan kurang sehat. Setelah sampai stasiun Sutrisna akan membeli tiket dn ternyata uangya dicopet oleh orang. Akhirnya Sutrisna memutuskan untuk berjalan kaki.
            Sutrisna melewati hutan yang sangat lebat dan disitu tak ada satupun orang, setelah sampai di sebuah desa Sutrisna menemui kepala desa itu dan meminta bantuan agar menginap dirumahnya satu malam saja, akhirnya Sutrisna diperbolehkan setelah pagi hari Sutrisna melanjutkan perjalanannya yang masih jauh. Di tengah perjalanan Sutrisna kepada seseorang untuk memberi penunjuk jalan dan  ternyata ada hutan lagi dan terdengar suara gemricikan air yang tenyata itulah adalah hujan, Sutrisna kedinginan dan saat akan menyeberang sungai ternyata jembatannya tidak kelihatan karena derasnya air. Sutrisna menunggu hujan reda dan akhirnya bisa menyeberang. Sutrisna melihat ada yang menyalakan api, mungkin itu salah satu untuk menghangatkan badan dan tenyata saat Sutrisna mendekati yang menyalakan api itu tiga ora begal, Sutrisna diminta untuk menyerahkan uangnya tapi karena tidak ada akhirnya pembegal itu marah dan mengejar Sutrisna sampai kaki Sutrisna terkena ruuncingnya batu dan terkena tusukan tumbuhan yang beruduri akhirnya berdarah semua dan  tas yang Sutrisna bawa dimintanya. Setelah itu Sutrisna menemui desa dan mengetuk salah satu pintu rumah warga dan akhirnya Sutrisna bercerita semua tentang kejadian yang Sutrisna alami, setelah satu minggu di Asisten Wedana akhirnya Sutrisna diantar ke Pondok Mursiati dan menemui Mursiati dan akhirnya pulang ke Panaraga disitu Mursiati dimarahi oleh bapaknya, akhirnya Mursiati memutuskan untuk pergi ke Madiun lagi dan tidak ingin pulang ke Panaraga selama setahun. Sutrisna pulang ke Bandung dan mendapat pekerjaan yang gajiannya banyak.
            Setelah setahun Asisten Wedana kedatangan tamu, tamu itu adalah M.Sastrautama tidak lain adalah M.Sutrisna dan Rr.Mursiati. Ternyata orangtua Mursiati telah merestui mereka dan anak yang dari Tulungagung itu dibatalkan. M.Sutrisna dan Rr.Mursiati sudah memilik anak lima.
7. Amanat:
            Jangan jadi orang yang suka putus asa, jikalau kita ada usaha atau perjuangan pasti akan    ada hasilnya


4 komentar:

  1. Kak tolong yang penokohan ditulis pake bahasa Jawa juga berdasarkan bukunya. Aku gabisa nerjemahin dari indo ke Jawa soalnya. Tolong bgt kak buat tugas sekolah 😭🙏

    BalasHapus
  2. Kak penokohan sama alurnya dibuat bahasa jawa kak.. bingung kak klo kyak gitu+ragu

    BalasHapus